MY NAME

MY NAME

Friday, October 8, 2010




NAFSU AMARAH, NAFSU LAWWAMAH DAN NAFSU MUTHMAINNAH



Secara garis besarnya Al-Qur'anul Karim telah membahagi keadaan manusia menjadi tiga tingkatan iaitu tingkatan alami,akhlaki dan rohani. Bagi ketiga-tiga tingkatan ini, ia berpunca dari sumber yang berbeza.

Tingkatan yang pertama dari manusia itu adalah TABI'I (alami) yang bersumber dari jiwa yang disebut NAFSU AMMARAH sebagaimana yang dijelaskan Al-Qur'an : "Innan nafsala ammaratun bissuu i", Sesungguhnya nafsu ammarah itu menyuruh kepada kejahatan (12;53).

NAFSU ammarah selalu mengajak akal fikiran manusia untuk berangan-angan. Biasanya dengan iming-iming yang menggiurkan: makan, minum, tidur, dan jima’ secara berlebihan. Ammarah salah satu nafsu yang meliputi jiwa manusia. Nafsu itu mewarnai segala perbuatannya yang serba berlebihan (tusrifu). Jika nafsu ammarah telah menguasai akal-pikiran manusia, maka tabiatnya akan condong pada kehidupan yang serba mewah. Manusia lebih cenderung untuk mengikut dorongan alaminnya seperti haiwan-haiwan yang berkaki empat yang lain.

Tingkatan yang kedua dari manusia adalah akhlaki yang bersumber dari NAFSU LAWWAMAH sebagaimana diisyaratkan Al-Qur'an sbb: "Walaa uqsimu bin nafsil lawwamah". Aku bersumpah dengan nafsu (jiwa) yang amat menyesali(dirinya sendiri)(75;2) Disebutnya "nafsu lawwamah", karena ditingkatan ini keadaan jiwa manusia senantiasa mencela setiap kejahatan dan tidak menyenangi tingkah laku yang sewenang-wenang dalam memenuhi keinginan-keinginan alaminya laksanna hewan-hewan berkaki empat. Nafsu lawwamah menghendaki manusia untuk menghayati keadaan-keadaan yang baik serta budi pekerti yang luhur dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Janganlah hendaknya manusia itu melakukan pelanggaran-pelanggaran dan segala perasaan-perasaan serta hasrat-hasrat alaminya diberi penyaluran yang sesuai dengan pertimbangan akal. Jadi,karena jiwa itu menyesali tindakannya yang buruk maka ia dinamakan "nafsu lawwamah",yaitu nafsu yang sangat menyesali. Tetapi pada keadaan ini, manusia masih lagi tidak dapat mengawal diri sepenuhnya dan sering tergelincir.


Lebih lanjut keadaan ketiga yang disebut keadaan "rohani", dimana Al-Qur'an menyebut sumber keadaan ini dengan "NAFSU MUTHMAINNAH" sebagaimana difirmankan-Nya dalam ayat berikut:"Yaa ayya tuhannafsul muthmainnah. Irr ji'ii ilaa Rabbiki radhiyatan mardhiyah. Fad khulii fi'ibaadi. Wad khuli annatii". Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah kedalam syurga-Ku. (89:27-30) > Inilah tingkatan terakhir dari perkembangan jiwa manusia,dimana manusia itu bebas dari segala kelemahan. Dalam keadaan ini jiwa manusia itu dipenuhi oleh kekuatan-kekuatan rohani seakan-akan tercangkok dengan wujud Allah Ta'ala sehingga jiwa manusia itu merasakan tidak bisa hidup tanpa Dia. Laksana air yang mengalir dari atas kebawah yang karena banyaknya dan tiada sesuatupun yang menghambatnya, maka air itu terjun dengan derasnya, begitu juga jiwa manusia tak henti-hentinya mengalir terus dan menjurus kepada Tuhan. Itulah yang diisyaratkan Allah Ta'ala dalam firmannya: "Hai jiwa yang tenang (yang mendapat ketenangan dari Tuhan). Kembalilah kepada Rabbmu(Tuhanmu) dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.


Rujukan: "THE PHILOSOPHY OF THE TEACHINGS OF ISLAM" ,
Penerbit THE LONDON MOSQUE,tahun 1979.

1 comment:

  1. Assalamualaikum saudaraku...
    Teruskan menulis saudaraku. Semoga usaha menyebarkan ilmu2 Allah ini menjadi bekalan kita di alam kubur dan akhirat kelak. InsyaALlah..

    ReplyDelete